Translate

Kamis, 10 April 2014

Biru-biru yang merindu

Pada hari itu, tepatnya pada hari sabtu yang penuh haru biru. Aku, menatapmu, dan benar-benar tak merasa tertipu. Suasana langit yang biru, kamu mengenakan rok dan kerudung biru yang lebih muda dari langit biru, kala itu. Rok dan kerudung biru mu itu, benar-benar membuat hati ini menggebu-gebu. Aku tak tahu, siapa yang yang saling meniru. Apakah pakaianmu meniru langit biru? Apakah langit biru lah yang meniru mu? Aku tak tahu akan hal itu. Entah siapa namamu, aku belum tahu. Entah dimana rumahmu, aku belum tahu. Entah apa film favoritmu, aku tidak tahu. Karena untuk serba tahu tentang dirimu, aku sangat malu. Bahkan untuk sekedar tahu namamu, aku benar-benar malu. Apalagi harus tanganku bersalaman dengan tanganmu. Namun yang aku tahu, bahwa kamu sedang ditatap oleh mataku. Sabtu yang masih terselimut langit biru, kamu nampak beda dari hari - hari sabtu yang telah lalu. Yaa penampilanmu. Disini aku menatapmu, yang masih dibalut seragam baju, layaknya seperti serdadu yang hendak menyerbu. Disaat orang – orang mulai terbelenggu oleh rasa ambigu, toh aku tidak pernah merasa terganggu oleh rasa itu. Salut pada sikap dirimu, yang masih diam membisu, meski orang – orang disekitarmu ricuh seperti arisan ibu – ibu. Dan sikap mu itu, adalah hal yang lucu bagiku. Hatiku menentu, tapi pikiranku yang tidak menentu. Lama menatapmu, tak membuatku jenuh dan lesu. Tak ingin cepat – cepat beranjak dari pijakanku. Masih ingin menatapmu, yang masih duduk di bangku. Semoga kamu, tak menganggap tatapanku, yang bagai benalu. Tapi yang kamu harus tahu, kelak aku akan selalu rindu padamu yang serba biru, pada hari sabtu itu. Dan aku bersyukur kala itu, senja tak tega untuk berlalu. Yang menuntun pada waktu, yang akan kelabu.

Selasa, 18 Maret 2014

Ini bukan lelucon !!!

Orang – orang mungkin sudah malas untuk mengetahui sesuatu, termasuk pengetahuan. Mungkin mereka ingin sekali menjadi buta, terhadap pengetahuan. Mungkin mereka hanya pasrah terhadap keadaan sekitar. Mereka digerakkan oleh keadaan yang tidak penting, dan pengetahuan pun disingkirkan. Soal pengetahuan yang dianggap tabu dan bahkan paradigma yang tidak layak untuk disentuh. Bukan aku merasa paling tahu. Tapi aku pun memaklumi, walaupun aku mahasiswa bukan berarti aku maha mengetahui. Dan aku pun, bukan so so an, tapi apakah kesalahan yang amat fatal atau bahkan dosa besar untuk menghimbau orang – orang agar mencintai pengetahuan, apalagi sejarah? Sudahlah jelas sejarah adalah elemen yang tidak kalah penting dibanding ilmu bumi, logika, dan lain lain. Apalagi, hidup di indonesia atau bahkan lahir di indonesia. Negeri ini kaya akan sejaarah nya, seperti yang telah diungkapkan oleh bung Iwan Fals dalam lagu nya. Tapi, aku lupa judul lagu nya apa. Penggalan lirik nya yang begini : “Negeri memang kaya...Kaya sejarah nya”. Jelaslah negeri ini banyak menyimpan sejarah, termasuk sejarah yang digelapkan demi sebuah kepentingan suatu golongan tertentu. Dimana sejarah nya ada di massa kerajaan, berbagai macam zaman, ditambah pemerintahan yang lengkap dengan skandal nya, dan masih banyak lagi. Sangat melimpah, bahkan tumpah ruah, jika benar – benar dipelajari. Contoh nya sejarah yang digelapkan seperti sosok Tan Malaka yang tidak dihadirkan dalam buku pelajaran IPS waktu kita di SD. Mungkin ia dianggap seseorang yang biasa – biasa saja oleh kementrian pendidikan (padahal Tan Malaka sudah diangkat menjadi pahlawan nasional pada tahun 1963). Kementrian pendidikan ini aneh, menyuruh para peserta didik untuk jujur, tapi dia (kementrian pendidikan) tidak jujur dalam buku sejarah nya, mungkin sebagian orang menganggap bahwa hal ini merupakan hal sepele, tapi bagiku tidak ! generasi di masa sekarang hanya menerima asupan informasi, yang analogi nya hanya seperti seorang ibu menyuapi anak nya, entah itu enak atau tidak, anak nya yaa mau gak mau makan aja. Dan seolah – olah hanya hanya merespon dengan tanda titik (.), bukan dengan tanda tanya (?). Para pembaca yang cerdas, aku hanya ingin mengabarkan hal yang tentu nya sangat penting. Aku ditertawakan oleh manusia sekitar, karena aku membicarakan tentang tujuan pendidikan Tan Malaka. Tapi apakah pantas, sosok yang berperan penting dalam sejarah indonesia ini ditertawakan? Tentu tidak kan. Bahkan buku – buku yang ditulis Tan Malaka ini menjadi rujukan bacaan oleh para elite di zaman nya. Betapa sosok penting dalam sejarah indonesia. Aku bakalan nyoba ketika situasi itu dibalikkan kepada teman – teman aku yang menertawakan itu. Seperti gini, apa anda mau ketika sejarah mencatat anda sebagai orang hebat, namun generasi selanjutnya malah melupakan dan malas untuk memperlajari tentang anda, apakah mau? Tidak demikian kan. Padahal gak usah ditertawakan, cukup diam, dengarkan, dan simak. Kan lumayan tuh buat nambah – nambah pengetahuan, disamping hidup yang hari demi hari dibuat hanya menyebalkan.

Sabtu, 15 Maret 2014

Linglung dan bingung

Siang itu tepatnya posisi matahari yang berada di atas kepala ku, bukan berarti jarak nya 5cm dari kepala ku. Tapi, matahari nya tinggi disana, tepat nya berada diantara langit yang kebiru-biruan. Matahari ini sangatlah meyiksa ubun-ubun ku. Aku berdiri disisi badan jalan, berpijak diatas trotoar. Tepat dihadapanku ini, ada sebuah zebra cross yang sudah memudar, usang dan tampak nya pemerintah seolah malas untuk memperhatikan hal ini. Sengaja karena sengaja, aku berdiri yang berhadapan dengan zebra cross, karena aku ingin sampai disebrang jalan. Namun, pemandangan yang membuatku untuk menunda sampai disebrang jalan adalah perilaku manusia. Sangat terlihat jelas oleh mata ku, mereka (manusia) tampak sedang bingung dan gelisah tentang jati diri nya, sangat lah jelas dari ekspresi wajah mereka. Yang terlintas dari benak ku, apakah mereka harus bergaya seperti seorang superstar? Apakah mereka harus bergaya seperti berhala nya (idola) ? Apakah mereka harus mengenakan pakaian yang ditampilkan oleh benda kotak yang berukuran 14 in yang banyak tersimpan di rumah - rumah? Jelas dan sangat jelas mereka tampak linglung dan bingung.
*kasian sekali mereka yang sangat ter-obsesi

Kulihat mereka berjalan dengan ceria yang menyimpan banyak tanya. Berjalan, sambil melihat barang – barang yang banyak tersaji di jendela toko lengkap dengan tulisan discount 50% dan syarat ketentuan berlaku nya dan banyak pula di meja etalase toko.  Mungkin mereka menganggap bahwa hidup ini dapat diwakili oleh semua barang – barang yang dijajakan di toko, hahaha. Dengan mata yang sorot tajam nya ke sudut – sudut barang di toko, sambil meng garuk – garuk kepala nya, yang kebetulan punya ubun – ubun dan berkata “Kayanya, jika barang ini aku pakai, pasti lah orang – orang akan menganggap keberadaanku dan aku akan dipuji oleh banyak orang”. Mereka, merogoh kocek dalam – dalam, bahkan lebih dalam dari dalamnya hatiku mencintai seseorang (eh.. kok jadi curhat, maaf. Agak emosional). Dan sampai kapan kah perilaku manusia ini akan berakhir? Karena aku sangat iba dan prihatin kepada mereka, yang hidup nya hanya dihabiskan oleh fantasi – fantasi penuh tipu daya dan masih dalam nuansa kebiasan yang benar - benar bias.  Semoga cepatlah sadar, karena tujuan hidup ini bukan hanya untuk memimpikan tentang barang – barang yang berada di dalam etalase toko sana, melainkan menghidupkan nilai kebergunaan yang kekinian kian meluntur. Mari, Segera !!! 

Jumat, 14 Maret 2014

Air segayung, mungkin.

Bangun tidur langsung sesak napas, bukan karena wajahku ini diduduki oleh pantat genderuwo (kalo dalam bahasa sunda : ereup - ereup) dan bukan juga lubang hidungku dijadikan sarang lebah, oleh para lebah-lebah. Tapi, karena ingus yang menjejal di lorong hidungku yang lumayan kecil, dan aku yakin plankton pun bisa masuk. Dan ingus itu bukan ditelingaku. Aku kasih tahu (tapi mungkin sebagian orang sudah tahu) ingus itu rasa nya asin, kenapa tahu? Karena ketika ingus itu mulai menuruni dari lubang hidungku, tak sengaja atau sengaja dari ingus itu, menuju parit hidung dan berlanjut ke bibir dan entah reflek apa yang membuatku aneh. Indera perasa ini seolah tersentuh oleh ingus. Dan... waaaa rasanya asin.. beneran gak ngenakin. siapa orang yang mampu menahan dalam keadaan tidak nyaman? Semua manusia pun pasti gerah, untuk melawan rasa ketidak nyamanan. Segera aku pergi ke wc dan beranjak dari kamar ku, yang banyak coretan nya dan juga banyak kertas tugas - tugas dosen yang mungkin sudah tak terpakai lagi. Ke wc, untuk buang ingus karena benar - benar sudah memadati bagai bongkahan es, tapi sayang nya gak dingin, dan sangat tidak enak kalo harus dicampur dengan nutrisari, jeruk ko minum jeruk.

*suasana di wc

Sring !!! Sring !!! Sring !!! yang menjadi irama di pagi hari ku yang kelam oleh ingus dan menjadi backsound selama ku di wc. Suara "pluk" yang menjadi irama disaat ingus itu jatuh ke lubang wc, yang kebetulan ada genangan air di lubang wc tersebut, walau sedikit. Memang rasa tak enak ketika sudah ku buang pun, ada saja. Tak enak yang berupa ingus yang meluber kemana - mana. Maka aku ambil air segayung, yang semoga cukup untuk membersihkan bekas lumeran ingus ini, yang mendiami parit hidung dan sekitarnya (kaya adzan aja). Yang membuat rambut - rambut kumis ini saling ter-integrasi. Ternyata air segayung ini, nampak nya belum cukup untuk membersihkan lumeran ingus.. Berarti, aku harus ambil air dua gayung yang berisi air, yang mudah - mudahan bisa membersihkan lumeran ingus ku ini. Alhasil, sekarang benar - benar bersih, namun masih ada sisa basah. Lalu, aku usap dengan tisu, agar tak basah lagi, kering.

Rabu, 12 Maret 2014

Kampret atas nama cinta

Disaat ocehan atau susunan kalimat yang amat takjub yang berwujud kata – kata mutiara yang banyak terpangpang di media massa dan media elektronik, tak dapat lagi mempengaruhi pikiran teracuni meracau ini. Dan disaat hiperbola pun, tak mampu berbuat banyak untuk mengubahku dari pikiran yang datar menuju pikiran yang begitu banyak kiasan-kiasan manis, bahkan takjub yang membumbung tinggi sehingga mega terbelah dibuatnya. Bahkan sarkasme pun tak dapat mewakili semua nya. Namun apa daya telah kulakukan, bahwa hanya dengan menggunakan kata kampret yang dapat mengungkapkan perasaan terdalam ku, kampret. Ya,kampret adalah wakil dari pikiran dan perasaan tak karuan ku saat ini. Karena ironi sudah tak mampu untuk banyak bacot. Kampret itu, situasi dimana kalian nge gebet seseorang (yaa… walaupun belum pernah chattingan, bahkan sms an atau bahkan Friendster nya belum jadi teman). Tapi, baru tau bahwa dia udah punya pacar, disaat momen PDKT itu udah pas. Beneran kampret banget kawan! Mungkin (kalo kata dosen aku gak boleh pake mungkin lohh.. hehe), analogi nya seperti ini. Kalian   lagi menikmati indahnya jalanan penuh kesejukan dan penuh daun berguguran/beraborsi, tiba-tiba pingin boker.. Ya, mau gak mau dan gak mau tahu harus ke wc, karena merupakan tempat yang paling penuh toleransi. Tapi, sayang nya, ketika mata kalian sudah bertatapan mesra dengan pintu wc bagai di film ftv tepatnya pada siklus setengah jam sebelum berakhir film nya (biasanya jam segitu tuh waktunya jadian antara cewe dan cowo nya), dan kalian coba membuka pintu nya, malah gak bisa. Karena, di dalamnya ada orang lagi boker ahahaha aduh kasian bangett harus nahan rasa sakit yang benar-benar maha dahsyat (bukan la la la ye ye). Dan sakitnya ini bukan main-main, berarti serius. Apa daya semua nya terasa pahit. Makan besi jadi pahit, makan obat buat diare otak pun tetap pahit. Yang lebih pahit itu ketika nonton ftv, semua nya menjadi biasa saja, adegan nya pun terasa basi dan datar, ingin sekali ku lempar tv yang kebetulan nayangin ftv itu, pake celana dalam si jinggo (jinggo adalah nama anjing tetangga ku, yang sudah senior bahkan pangkat nya, sudah Jendral bintang sobo-merk minuman kali yang gopean). Kepahitan ini semakin pahit ketika tugas-tugas dosen numpuk, ya makalah, ya power point lah, ya apalah. Hahaha. Yaudah harus ngapain sekarang kalo sudah sepahit ini? Yang jelas, jangan minum baygon kaya orang-orang di luar sana. Apalagi kalo sebelum minum baygon nya update status dulu.. Basi !!! :-P

Senin, 10 Maret 2014

Kiri atau Kanan ? (gak politik)

Sebenarnya apa yang membedakan antara kedua posisi ini,  kiri dan kanan. Kebenaran? Atau hanya kebenaran rekayasa? Telah nampak ada perbedaan dari sebuah posisi yang jelas tak-mengenakan dan sebenarnya gak penting, namun sayang, jadinya penting. Kiri dianggap buruk atau juga sering diidentikan dengan ketidak sopanan. Ketika seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain. Memang, aku gak tahu yang se-detail mungkin kenapa kiri itu merupakan posisi yang tidak enak. Dan si kanan merupakan posisi yang selalu benar. Benarkah? Hahaha. Contohnya, mungkin kita akan merasa aneh dan janggal ketika melihat seseorang memberikan sesuatu dengan tangan kiri, betul? Memang salah kiri apa? Dan apakah kebenaran selalu milik kanan? Cerita ini, bukanlah solusi untuk memecahakan permasalahan kuliah atau malah masalah kehidupan. Tapi cerita ini hanyalah cerita. Oke lanjut… Kiri tak selalu buruk, bahkan kiri sangat lah baik dibanding dengan kanan. Karena kanan belum tentu ingin melakukan nya. Contohnya, ketika cebok rata-rata orang pake tangan kiri kan? Karena mungkin kanan sudah mulai tak niat untuk berbuat baik. Tapi justru, akan jauh lebih jorok lagi ketika tidak dicebok kan? Iihh pokok nya gak ngenakin deh kalo gak dicebok tuh, meleber kemana-mana. Sudah jelas kiri mau bebuat baik kan? Messi aja yang kidal jadi pemain terbaik dunia beberapa kali. Jadi kiri benar-benar baik kan? Hayo bingung hayo… Oke, berlanjut ke kanan. Ada apa dengan kanan? Hahaha bukan soal makan. Mungkin argumen ku ini gak se-ilmiah, se-ribet dan se-sitematika makalah, skripsi, apalagi tesis hahaha terlalu sekali pikiranku. Mungkin kanan sering digambarkan sebagai posisi yang paling tepat untuk melakukan kebaikan. Apa yakin selalu baik? Terus kalau tangan kanan itu dipake pas nyopet, masih kah pantas di posisi yang baik? Terus kalau si tukang copet itu pas melarikan diri dan ditonjok oleh bapa-bapa yang kidal gimana? Kiri melakukan kebaikan kan? Hayo bingung kan? Sama...aku juga. Nah jadi apa masih pantas kalo kiri itu buruk dan kanan itu selalu baik? Jadi, Pikirkanlah!!! Mumpung masih bisa berpikir!!!

Rabu, 19 Februari 2014

Implementasi rupa abnormal



Di saat semua nya mulai terlampau jauh dalam pikiranku saat ini, yang namun tetap terjaga oleh ruang dan waktu. Dan sebenarnya aku tak berharap apapun menjadi sosok yang diteriakan oleh mereka di luar sana untuk seperti yang diinginkan. Pikiran yang tak mungkin kosong oleh permasalahan yang ada, hanya saja aku disini sebagai sinonim dari titik fokus duniawi ini, aku mulai bingung dengan sebuah “implementasi” yang hadir di hadapan pikiran abnormal ku. Ketika orang-orang haus akan sebuah jawaban yang sebelumnya telah disesaki banyak pertanyaan, memburu sebuah kata “implementasi” yang seolah sebuah kata pembunuh dalam segala ungkapan yang berada dalam pembicaraan di ruang kotak berisi foto burung garuda, pancasila, presiden dan wakil preseiden sekaligus. Tak paham saat melakukan apapun selalu tentang “implementasi” yang sebenarnya kata “implementasi” bukanlah sebuah “implementasi” yang benar-benar nyata. Kemudian, seharusnya bukan untuk dikatakan, namun diwujudkan menjadi wujud “implementasi”. Sebuah hantu gentayangan yang bernama “implementasi” tak mengenal pagi, siang, sore, dan malam. Yang dasar tak berwujud ini. Berupa gagasan yang menutup rapat pikiran ketenangan atas kebebasan dari si “implementasi”. Dan “implementasi” yang menjejal di kepala ini, seolah membuatku untuk terus terpacu dalam kegelisahan yang mendalam. Dan ketika anjing pun, yang tak mampu membuatku tertegun. Bersama “implementasi” ini, aku di cuci otak yang tak dipungut biaya untuk sebuah teologi sesatkan jiwa, bergerak menuju portal dengan tagihan sebuah bualan. Portal yang merupakan batas antara ketenangan dan kebimbangan. Afeksi Bapa dan Mamah pun segera memudar. Dimana angin topan “implementasi” akan menghajarmu yang seolah kebingunan atas semua tagihan “implementasi”. Yang sebenarnya, lebih baik membaca buku kartun biologi genetika milikku. Gonggongan kucing yang semakin mengahantarkanku pada persimpangan jalanan yang ditemani temaram nya lampu jalanan, yang jika kalian berdiri di bawahnya akan menimbulkan bayangan. Kekinian, “implementasi” bukan hanya tentang cuapp cuapp belaka, melainkan sebuah “implementasi” yang dilakukan berupa wujud nyata. Yang sebenarnya bisa saja, tak mempengaruhi pikiran yang terlanjur abnormal penuh bacaan. 

Senin, 13 Januari 2014

Kucing Berubah

Kenapa harus kucing? / Karena tidak anjing/ oh iya.

Oh pemukimanku, oh komplek yang kumiliki bersama teman-temanku serta keluarga nya. Lagi-lagi kucing, kucing lagi-lagi, lagi kucing lagi. Selalu saja ada entri kucing yang baru, yang mungkin dibuang oleh pemiliknya yang dari komplek lain. Sialan tuh orang, gak punya jiwa perikebinatangan banget sih. Komplekku bagai kerajaan kucing, di jalan-jalan komplek banyak kucing, di teras rumahku banyak kucing, dan sampai-sampai ada kucing di dalam anjing, haha entahlah mulai aneh. Sumpah nya bukan sumpah pocong, ini sangat menyebalkan, yang menjadi polemik kucing nya itu, gak punya baju (porno banget sih !), yaiyalah karena bukan kucing kontes yang suka dipakein baju. Dan kucing nya pun gak punya sopan santun. Contoh nya aja kalo jendela rumahku terbuka yang sengaja kubuka agar menghirup indahnya udara, kucing itu pasti langsung masuk ke jendela yang menuju rumahku itu, untuk mencuri makanan di rumahku. Gak pake permisi, gak pake assalamualaikum segala lagi, dasar kucing. Yang jelas pas kucing itu udah staycool dimulut jendela, disitulah aku mulai murka, kemudian kuhujamkan dengan 1 batang lidi bersama teman-temannya yang banyak, lalu kucing itu kabur, mungkin jadi takut binasa. Gak tau kemana kucing itu, paling juga nongkrong di warung bu yanto sambil main catur dan kopi hangat nya yang sudah dipesan. Dan paling juga sambil ngomongin kiat-kiat sukses (bukan sukses UN) mencuri makanan untuk esok harinya. Ketika kucing itu berlarian di depan rumahku sambil mengeong-ngeong, entah kenapa aku selalu resah dan sering ada hal yang ganjil, tapi genap juga deh kasian nanti dia nangis kalo gak disebutin. Ya karena aku takut kucing itu bilang ke bu yanto, bahwa kopi hangat yang tadi dipesan kemudian diminum itu dibayar olehku. Aduhh gimana? Aku gak punya uang banyak, karena uang ku sudah dicuri secara tak sadar, oleh keganasan zaman. Tapi aku berdo'a agar tak dibayar olehku. Suasana yang sunyi di malam hari ini pun, hanya sesekali ditemani oleh gemuruh suara pesawat yang gak tau mau kemana pesawat nya. Gatau pesawat itu pesawat amerika, gatau pesawat korea utara, tapi gatau lah. Aku sih cuma berdo'a semoga pesawat itu selamat sentosa agar tidak hilang saat melewati segitiga bermuda. Entah kenapa malam ini aku susah untuk bertemu rasa kantuk, mungkin rasa kantuk nya udah tidur duluan, jadi gak bisa ketemu, teganya kantuk. Aku mengingat-ngingat tak terasa kalo aku baik, ya berdoa. Banyaklah berdo'a karena masih gratis, kenapa gratis? Karena tidak bayar, iya. Sedang santai menulis cerita sambil dibantu kucuran imajinasi, aku pingin ke wc nih, yang jelas aku ke wc bukan untuk tidur, tapi buang air yang mungkin sih kecil. 

*Di dalam wc, gak perlu aku ceritain kan? Bagaimana tata cara buang air yang mungkin kecil yang benar  menurut UUD'45? Emang ada? Gak ada kan, yaudah.

Nikmat, saat tak ada lagi yang mengganjal dan menjajal konsentrasi dan imajinasi. Udah dari wc aku liat sebuah roti yang sedang nganggur gak ada kerjaan, yaiyalah lapangan kerjaan zaman sekarang kan semakin selulit, eh salah sulit maksudnya. Ada roti dan ada juga susu bubuk yang harus aku seduh dulu, agar bisa diminum. Roti dan susu siap, aku bawa keatas, ya kamarku di lantai dua, kenapa aku sebut keatas? karena dia berada diatas lantai satu. Menuju kemarku otomatis aku harus menaiki tangga yang kebetulan rumahku punya tangga, karena kalo harus pake lift, mahal. Ya aku pegang susu itu di ujung atas nya karena masih panas dan kubawa roti yang ku alasi piring kecil, bukan alas kaki. Sampai dikamarku, aku melihat tumpukan buku yang harus kupelajari karena mau uas, ternyata banyak, tapi yaudah lah biarin mereka kedinginan dulu aja, besok juga aku baca kalo sempet. Aku yang menulis cerita ini ditemani susu coklat panas dan roti. Sebelumnya menulis cerita ini bisa leluasa, karena ditemani lampu 18 watt yang bersinar, tapi sayang sinarnya masih kalah dengan lampu tukang nasi goreng yang suka ada di pinggir jalan. Tapi, seketika ibuku mematikannya karena agak gerah kalo lampu harus selalu nyala. Tapi aku tetap menulis, walau dengan cahaya dari hp yang hanya beberapa detik dia memberikan cahaya, agar timbul cahaya lagi , aku harus pijit tombol hp nya agar ada cahayanya, dan selalu begitu. Dan akhirnya rasa kantuk bangun dari tidur yang berkepanjangan dan akhirnya ia bertemu bersamaku dan memelukku, dan seketika dia menggoda ku untuk tidur di malam itu. Dan pulass. . . . . .

*Maaf ya, aku gak bahas lagi kucing sialan itu lebih lanjut. Karena mendadak kucing nya udah berubah jadi doraemon si kantong ajaib, katanya.

Kamis, 02 Januari 2014

Bising


Bangun pagi, dibangunkan oleh alarm hp yang nyaring karena disimpan dipinggir kasur. Kebetulan senin, ya semua orang tahu, kecuali bayi yang masih di dalam perut, apalagi dari sebuah pejalanan sperma yang belum nyampe ke markas ovum.. Senin itu dimana hari yang suka menyebalkan. Karena macet di jalan nya, sudah tahu. Jadwal kuliah pagi. Yang otomatis bangun harus lebih pagi, mandi harus lebih pagi, sarapan harus lebih pagi, dan semuanya harus lebih pagi. Kecuali tidur malam sih. Sudah siap, aku berangkat ke kampus. Ya aku ini aneh sudah tahu di jalanan itu menyebalkan, tapi anehnya aku tetap saja berangkat. Hahaha orang pun selalu begitu, yaudah biarin lah. Benar sekali. Tidak di kasur dengan bisingnya alarm hp, tidak di jalan dengan bisingnya priwit polisi ditambah knalpot brong biar keliatan cuco, kampus pun tidak mau kalah bisingnya dengan bising nya yang suara keramik dipotong. Ya sama sih bisingnya. Hahaha kelas yang dihuni aku bersama teman-temanku pun tidak mau kalah bising dengan pekerja yang lagi motong keramik. Di kelasku yang milik universitas, bising pula oleh tumpah ruahnya umat manusia, yaa jelas makain bising dan tak terkendali. Jelas aku makin bosan dengan kebisingannya. Apa tak ada kesunyian yang ingin mengulurkan bantuan dan menolongku dari zona kebisingan? Ayolah ! sunyi… sunyi… datang, aku yakin kedatanganmu akan membuatku nyaman, seperti tubuh yang terebah diatas kasur mahal. Kesunyian yang membuatku tertolong dari dunia serta binar-binar kota yang tak jelas apa, kenapa, mengapa. Namun, sampai kapan kebisingan ini akan berakhir. Entahlah si bising ini sudah meranah dalam semua dimensi. Tapi aneh, aku tidak melihat kamu bising, hebat ! kamu nggak terpengaruh oleh teman-temanmu yang gosip sana sini gak jelas. Kamu Nampak diam dan senyum tipis saja entah apa maksudnya. Kamu gak terlena, kamu yang bersikap sunyi dan aku yang butuh kesunyian. Yaa dengan kata lain sih, aku butuh kamu. Hahaha :)) . Namun semua itu tak mudah, dan kuharap kamu tahu pilu ku ini, dan menyelamatkan aku dari zona kebisingan. Diantara orang yang saling mempertahankan ego nya, yang memicu kebisingan.

*huaahh udah mulai ngantuk nih aku, aku terusin deh. Tapi gak tanggung jawab ya kalo isinya makin ngaco.

Berdiam diri diantara teriakan tak paham maksudnya. Main laptop saling berbincang tugas yang menjadi pemicu kebisingan. Iya, kebisingan bisa disebabkan oleh tumpukan tugas, tugas nya pun yaa entah digimanakan. Orang semua bising, bicara menghamburkan kata-kata dari sebuah pikiran yang ada di kepalanya, hingga overdosis kata-kata dan sampai mulutnya overdosis kebanyakan makan cilok. Hahaha, aku mulai iba kepada mereka yang rela mulutnya dipaksa melawan pegal. Tidak di kelas saja, namun aku mengalami hal serupa, ya bising. Sialan.. aku yang menjadi bahan sasaran kebisingan mereka. Dan kenapa harus aku? Semua orang kayanya  wajib deh tahu bahwa manusia itu kan gak ada yang sempurna. Heuheu. Bingung, kenapa harus aku yang jadi sasaran, dasar menyebalkan tuh orang. Bising menjalar, membius semua. Ya aku akui, aku mungkin menyebalkan, tapi jangan bising juga dong. Atau mungkin mereka sudah ‘sempurna’ kali ya, jadi mereka boleh bising, prokk….prokk…. tepuk tangan, hebatlah.
Tuhkan, pas aku ngebenerin rambut basah yang tadi kena hujan, mereka bising liat aku. Sudahlah, hempaskan saja tubuhku ini ke lautan luas yang banyak hewan buas. Benar bising itu menyebalkan, sangat tidak mau mentoleransi kesunyianku, pula orang lain. Bising sangat tidak mau, bercumbu dengan kesunyianku. Dasar kebisingan, raja dari segala raja tega. Aku harap suatu saat nanti kesunyian dan kebisingan akan saling mengagumi, menikah, berpelukan di kamar ngapain yaa?, lalu hamil dan melahirkan sebuah ketidakpahaman.