Translate

Senin, 13 Januari 2014

Kucing Berubah

Kenapa harus kucing? / Karena tidak anjing/ oh iya.

Oh pemukimanku, oh komplek yang kumiliki bersama teman-temanku serta keluarga nya. Lagi-lagi kucing, kucing lagi-lagi, lagi kucing lagi. Selalu saja ada entri kucing yang baru, yang mungkin dibuang oleh pemiliknya yang dari komplek lain. Sialan tuh orang, gak punya jiwa perikebinatangan banget sih. Komplekku bagai kerajaan kucing, di jalan-jalan komplek banyak kucing, di teras rumahku banyak kucing, dan sampai-sampai ada kucing di dalam anjing, haha entahlah mulai aneh. Sumpah nya bukan sumpah pocong, ini sangat menyebalkan, yang menjadi polemik kucing nya itu, gak punya baju (porno banget sih !), yaiyalah karena bukan kucing kontes yang suka dipakein baju. Dan kucing nya pun gak punya sopan santun. Contoh nya aja kalo jendela rumahku terbuka yang sengaja kubuka agar menghirup indahnya udara, kucing itu pasti langsung masuk ke jendela yang menuju rumahku itu, untuk mencuri makanan di rumahku. Gak pake permisi, gak pake assalamualaikum segala lagi, dasar kucing. Yang jelas pas kucing itu udah staycool dimulut jendela, disitulah aku mulai murka, kemudian kuhujamkan dengan 1 batang lidi bersama teman-temannya yang banyak, lalu kucing itu kabur, mungkin jadi takut binasa. Gak tau kemana kucing itu, paling juga nongkrong di warung bu yanto sambil main catur dan kopi hangat nya yang sudah dipesan. Dan paling juga sambil ngomongin kiat-kiat sukses (bukan sukses UN) mencuri makanan untuk esok harinya. Ketika kucing itu berlarian di depan rumahku sambil mengeong-ngeong, entah kenapa aku selalu resah dan sering ada hal yang ganjil, tapi genap juga deh kasian nanti dia nangis kalo gak disebutin. Ya karena aku takut kucing itu bilang ke bu yanto, bahwa kopi hangat yang tadi dipesan kemudian diminum itu dibayar olehku. Aduhh gimana? Aku gak punya uang banyak, karena uang ku sudah dicuri secara tak sadar, oleh keganasan zaman. Tapi aku berdo'a agar tak dibayar olehku. Suasana yang sunyi di malam hari ini pun, hanya sesekali ditemani oleh gemuruh suara pesawat yang gak tau mau kemana pesawat nya. Gatau pesawat itu pesawat amerika, gatau pesawat korea utara, tapi gatau lah. Aku sih cuma berdo'a semoga pesawat itu selamat sentosa agar tidak hilang saat melewati segitiga bermuda. Entah kenapa malam ini aku susah untuk bertemu rasa kantuk, mungkin rasa kantuk nya udah tidur duluan, jadi gak bisa ketemu, teganya kantuk. Aku mengingat-ngingat tak terasa kalo aku baik, ya berdoa. Banyaklah berdo'a karena masih gratis, kenapa gratis? Karena tidak bayar, iya. Sedang santai menulis cerita sambil dibantu kucuran imajinasi, aku pingin ke wc nih, yang jelas aku ke wc bukan untuk tidur, tapi buang air yang mungkin sih kecil. 

*Di dalam wc, gak perlu aku ceritain kan? Bagaimana tata cara buang air yang mungkin kecil yang benar  menurut UUD'45? Emang ada? Gak ada kan, yaudah.

Nikmat, saat tak ada lagi yang mengganjal dan menjajal konsentrasi dan imajinasi. Udah dari wc aku liat sebuah roti yang sedang nganggur gak ada kerjaan, yaiyalah lapangan kerjaan zaman sekarang kan semakin selulit, eh salah sulit maksudnya. Ada roti dan ada juga susu bubuk yang harus aku seduh dulu, agar bisa diminum. Roti dan susu siap, aku bawa keatas, ya kamarku di lantai dua, kenapa aku sebut keatas? karena dia berada diatas lantai satu. Menuju kemarku otomatis aku harus menaiki tangga yang kebetulan rumahku punya tangga, karena kalo harus pake lift, mahal. Ya aku pegang susu itu di ujung atas nya karena masih panas dan kubawa roti yang ku alasi piring kecil, bukan alas kaki. Sampai dikamarku, aku melihat tumpukan buku yang harus kupelajari karena mau uas, ternyata banyak, tapi yaudah lah biarin mereka kedinginan dulu aja, besok juga aku baca kalo sempet. Aku yang menulis cerita ini ditemani susu coklat panas dan roti. Sebelumnya menulis cerita ini bisa leluasa, karena ditemani lampu 18 watt yang bersinar, tapi sayang sinarnya masih kalah dengan lampu tukang nasi goreng yang suka ada di pinggir jalan. Tapi, seketika ibuku mematikannya karena agak gerah kalo lampu harus selalu nyala. Tapi aku tetap menulis, walau dengan cahaya dari hp yang hanya beberapa detik dia memberikan cahaya, agar timbul cahaya lagi , aku harus pijit tombol hp nya agar ada cahayanya, dan selalu begitu. Dan akhirnya rasa kantuk bangun dari tidur yang berkepanjangan dan akhirnya ia bertemu bersamaku dan memelukku, dan seketika dia menggoda ku untuk tidur di malam itu. Dan pulass. . . . . .

*Maaf ya, aku gak bahas lagi kucing sialan itu lebih lanjut. Karena mendadak kucing nya udah berubah jadi doraemon si kantong ajaib, katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar