Translate

Kamis, 16 April 2015

BLEKI namanya




Berbicara tentang sahabat sebenarnya banyak yang bisa dijadikan sahabat baik itu boneka, binatang peliharaan, atau benda-benda yang kita sayangi. Misalnya saja aku bersahabat dengan anjing. Aku suka anjing, tapi bukan berarti aku berniat untuk menjadikan anjing sebagai pacar atau bahkan untuk menjadikan taman sekamar. Anjing adalah sahabat yang baik bagiku,  yang suka membantu pemiliknya untuk menghabiskan makanan sisa, entah itu tulang atau apapun. Walaupun  dalam keyakinan yang ku anut, anjing memang binatang yang dikatakan haram, tapi bukan berarti kita harus membencinya, karena sifat saling benci itu gak boleh dan Tuhan pun menciptakannya pasti ada tujuan tertentu. Kebetulan sekali, aku bertetangga dengan orang yang tidak satu keyakinan denganku, tapi aku tetap menghargai perbedaan keyakinan dengan tetanggaku itu, dan sebaliknya tetanggaku pun menghargai keyakinananku. Kita saling tak mencampuri urusan ibadah, yaa kita ibadah masing-masing saja, asalkan tidak mengganggu. Intinya,  kita saling menghargai. Tetanggaku itu punya anjing, namanya bleki. Kenapa dinamai bleki? Karena dia punya rambut yang berwarna hitam, dengan sedikit rambut yang botak di dua titik dibagian pantatnya. Yang jika dilihat tak ada bedanya seperti orang yang punya dua kucir de kepalanya. Mungkin si Bleki sering menggesekan pantatnya itu ke tembok yang tidak rata karena kutu yang sering hinggap padanya, sehingga botak itu teramat cukup dalam dan akhrinya sulit ditumbuhi rambut lagi, kasian yaa. Awalnya bleki tak kenal aku, dan aku pun malas untuk berkenalan dengan dia. Karena dia tak kenal aku, dia selalu menggonggong disaat melihat aku. Begitupun jika dia melihat orang yang belum dikenal dia akan menggonggong dan mungkin mengejar orang tersebut sampai bleki puas menggigit nya. Walaupun sampai saat ini tidak ada bukti empiris tentang bleki menggigit orang yang dia kejar-kejar. Memang begitu sifat alamiah anjing kepada orang yang belum dikenalnya.
Aku sering memberinya makanan sisa, berupa tulang-tulang ayam yang tak bisa ku makan karena belum dipresto jadinya keras. Setelah aku kasih makan, bleki sudah mengurangi rasa curiga dengan cara tidak menggonggong lagi kepadaku. Dia sudah percaya bahwa aku tetangga sebelah rumahnya. Aku lihat dari jendela, si bleki itu hobinya tidur di depan pagarku sembari menungguku untuk memberikan makan sambil pasang muka memelas nya dansambil berkata dalam hati “aku mau makan, aku mau makan, aku lapar” mungkin begitu yang dikatakannya. Ketika ku membuka pintu,bleki melihatku sambil berdiri tegap dan menyapaku sambil menggerakkan ekornya keatas, berharap dia dikasih makanan lagi olehku. Ketika anjing menggerak-gerakkan ekornya berarti mereka senang.

Tapi, mulai dari sekarang sampai selamanya aku tidak akan pernah lagi lihat bleki nongkrong di depan rumahku untuk menunggu dikasih makan sambil mengerak-gerakan ekornya kalo liat aku bawa piring yang berisi makanan sisa, karena bleki sekarang sudah mati. Tepatnya mati di hari sabtu malam. Kata si pemilik bleki, bleki mati karena ada yang meracuni, hal yang serupa ketika manusia putus cinta, yang sering meracuni dirinya sendiri. Aahh sungguh tindakan bodoh. Dan sekarang ketika di rumah aku merasakan kesepian, karena tak ada lagi gonggongan bleki yang lantang yang bisa membuat aku terbangun dari tidur dan membuatku nongol dari jendela dan berkata “sssttt, bleki, bleki” yang akan membuat bleki diam. Benar-benar merasa sepi. Sering aku berpikir ketika aku makan daging yang kebetulan ada tulangnya ataupun makanan yang lainnya, harus ku kemanakan tulang-tulang ini yang biasanya dimakan bleki? Haru ku kemanakan pula makanan sisa ini yang biasanya dimakan bleki? Tak hanya sang pemilik dan aku yang merasa kehilangan bleki, namun ibuku pun merasakannya. Misalnya saja ketika ibuku mencuci piring yang masih terdapat makanan sisanya, yang sering dikumpulkan di satu plastik kemudian diberikan ke si bleki, ibuku sering bilang “berasa sepi ya kalo gak ada si bleki mah, terus tulang-tulang dan makanan sisa ini harus dikemanakan?” sebenernya sama perasaan yang aku alami antara pemilik si bleki, aku, dan ibuku. Sama-sama memiliki perasaan kehilangan. Tapi sekarang bleki sudah berkumpul dengan anjing-anjing yang telah mati duluan dari bleki, dan mungkin di alam lain bleki pun akan menemui rumah yang selalu memberikannya dia makan, semoga. Yasudah ku akhiri saja cerita ini, semoga kalian tahu apa arti persahabatan dengan binatang itu seperti apa.
Goodbye bleki, stay handsome oke !!