Pada hari itu,
tepatnya pada hari sabtu yang penuh haru biru. Aku, menatapmu, dan benar-benar
tak merasa tertipu. Suasana langit yang biru, kamu mengenakan rok dan kerudung
biru yang lebih muda dari langit biru, kala itu. Rok dan kerudung biru mu itu,
benar-benar membuat hati ini menggebu-gebu. Aku tak tahu, siapa yang yang
saling meniru. Apakah pakaianmu meniru langit biru? Apakah langit biru lah yang
meniru mu? Aku tak tahu akan hal itu. Entah siapa namamu, aku belum tahu. Entah
dimana rumahmu, aku belum tahu. Entah apa film favoritmu, aku tidak tahu. Karena
untuk serba tahu tentang dirimu, aku sangat malu. Bahkan untuk sekedar tahu
namamu, aku benar-benar malu. Apalagi harus tanganku bersalaman dengan
tanganmu. Namun yang aku tahu, bahwa kamu sedang ditatap oleh mataku. Sabtu yang
masih terselimut langit biru, kamu nampak beda dari hari - hari sabtu yang
telah lalu. Yaa penampilanmu. Disini aku menatapmu, yang masih dibalut seragam
baju, layaknya seperti serdadu yang hendak menyerbu. Disaat orang – orang mulai
terbelenggu oleh rasa ambigu, toh aku tidak pernah merasa terganggu oleh rasa
itu. Salut pada sikap dirimu, yang masih diam membisu, meski orang – orang disekitarmu
ricuh seperti arisan ibu – ibu. Dan sikap mu itu, adalah hal yang lucu bagiku. Hatiku
menentu, tapi pikiranku yang tidak menentu. Lama menatapmu, tak membuatku jenuh
dan lesu. Tak ingin cepat – cepat beranjak dari pijakanku. Masih ingin
menatapmu, yang masih duduk di bangku. Semoga kamu, tak menganggap tatapanku,
yang bagai benalu. Tapi yang kamu harus tahu, kelak aku akan selalu rindu
padamu yang serba biru, pada hari sabtu itu. Dan aku bersyukur kala itu, senja tak tega untuk berlalu. Yang menuntun pada waktu, yang akan kelabu.
Translate
Kamis, 10 April 2014
Selasa, 18 Maret 2014
Ini bukan lelucon !!!
Orang – orang mungkin sudah malas untuk
mengetahui sesuatu, termasuk pengetahuan. Mungkin mereka ingin sekali menjadi
buta, terhadap pengetahuan. Mungkin mereka hanya pasrah terhadap keadaan
sekitar. Mereka digerakkan oleh keadaan yang tidak penting, dan pengetahuan pun
disingkirkan. Soal pengetahuan yang dianggap tabu dan bahkan paradigma yang
tidak layak untuk disentuh. Bukan aku merasa paling tahu. Tapi aku pun
memaklumi, walaupun aku mahasiswa bukan berarti aku maha mengetahui. Dan aku
pun, bukan so so an, tapi apakah kesalahan yang amat fatal atau bahkan dosa
besar untuk menghimbau orang – orang agar mencintai pengetahuan, apalagi
sejarah? Sudahlah jelas sejarah adalah elemen yang tidak kalah penting
dibanding ilmu bumi, logika, dan lain lain. Apalagi, hidup di indonesia atau
bahkan lahir di indonesia. Negeri ini kaya akan sejaarah nya, seperti yang
telah diungkapkan oleh bung Iwan Fals dalam lagu nya. Tapi, aku lupa judul lagu
nya apa. Penggalan lirik nya yang
begini : “Negeri memang kaya...Kaya
sejarah nya”. Jelaslah negeri ini banyak menyimpan sejarah, termasuk sejarah
yang digelapkan demi sebuah kepentingan suatu golongan tertentu. Dimana sejarah
nya ada di massa kerajaan, berbagai macam zaman, ditambah pemerintahan yang
lengkap dengan skandal nya, dan masih banyak lagi. Sangat melimpah, bahkan
tumpah ruah, jika benar – benar dipelajari. Contoh nya sejarah yang digelapkan
seperti sosok Tan Malaka yang tidak dihadirkan dalam buku pelajaran IPS waktu
kita di SD. Mungkin ia dianggap seseorang yang biasa – biasa saja oleh
kementrian pendidikan (padahal Tan Malaka sudah diangkat menjadi pahlawan
nasional pada tahun 1963). Kementrian pendidikan ini aneh, menyuruh para
peserta didik untuk jujur, tapi dia (kementrian pendidikan) tidak jujur dalam
buku sejarah nya, mungkin sebagian orang menganggap bahwa hal ini merupakan hal
sepele, tapi bagiku tidak ! generasi di masa sekarang hanya menerima asupan
informasi, yang analogi nya hanya seperti seorang ibu menyuapi anak nya, entah
itu enak atau tidak, anak nya yaa mau gak mau makan aja. Dan seolah – olah
hanya hanya merespon dengan tanda titik (.), bukan dengan tanda tanya (?). Para
pembaca yang cerdas, aku hanya ingin mengabarkan hal yang tentu nya sangat penting.
Aku ditertawakan oleh manusia sekitar, karena aku membicarakan tentang tujuan
pendidikan Tan Malaka. Tapi apakah pantas, sosok yang berperan penting dalam
sejarah indonesia ini ditertawakan? Tentu tidak kan. Bahkan buku – buku yang
ditulis Tan Malaka ini menjadi rujukan bacaan oleh para elite di zaman nya.
Betapa sosok penting dalam sejarah indonesia. Aku bakalan nyoba ketika situasi
itu dibalikkan kepada teman – teman aku yang menertawakan itu. Seperti gini, apa anda mau ketika sejarah mencatat
anda sebagai orang hebat, namun generasi selanjutnya malah melupakan dan malas
untuk memperlajari tentang anda, apakah mau? Tidak demikian kan. Padahal gak usah
ditertawakan, cukup diam, dengarkan, dan simak. Kan lumayan tuh buat nambah –
nambah pengetahuan, disamping hidup yang hari demi hari dibuat hanya
menyebalkan.
Sabtu, 15 Maret 2014
Linglung dan bingung
Siang itu tepatnya posisi matahari yang berada di atas kepala
ku, bukan berarti jarak nya 5cm dari kepala ku. Tapi, matahari nya tinggi
disana, tepat nya berada diantara langit yang kebiru-biruan. Matahari ini
sangatlah meyiksa ubun-ubun ku. Aku berdiri disisi badan jalan, berpijak diatas
trotoar. Tepat dihadapanku ini, ada sebuah zebra cross yang sudah memudar, usang
dan tampak nya pemerintah seolah malas untuk memperhatikan hal ini. Sengaja karena
sengaja, aku berdiri yang berhadapan dengan zebra cross, karena aku ingin
sampai disebrang jalan. Namun, pemandangan yang membuatku untuk menunda sampai
disebrang jalan adalah perilaku manusia. Sangat terlihat jelas oleh mata ku,
mereka (manusia) tampak sedang bingung dan gelisah tentang jati diri nya,
sangat lah jelas dari ekspresi wajah mereka. Yang terlintas dari benak ku,
apakah mereka harus bergaya seperti seorang superstar? Apakah mereka harus
bergaya seperti berhala nya (idola) ? Apakah mereka harus mengenakan pakaian
yang ditampilkan oleh benda kotak yang berukuran 14 in yang banyak tersimpan di rumah - rumah? Jelas dan sangat jelas
mereka tampak linglung dan bingung.
*kasian sekali mereka yang sangat ter-obsesi
Kulihat mereka berjalan dengan ceria yang menyimpan banyak tanya.
Berjalan, sambil melihat barang – barang yang banyak tersaji di jendela toko lengkap
dengan tulisan discount 50% dan syarat ketentuan berlaku nya dan banyak pula di meja etalase toko. Mungkin mereka menganggap bahwa hidup ini
dapat diwakili oleh semua barang – barang yang dijajakan di toko, hahaha. Dengan
mata yang sorot tajam nya ke sudut – sudut barang di toko, sambil meng garuk –
garuk kepala nya, yang kebetulan punya ubun – ubun dan berkata “Kayanya, jika
barang ini aku pakai, pasti lah orang – orang akan menganggap keberadaanku dan
aku akan dipuji oleh banyak orang”. Mereka, merogoh kocek dalam – dalam, bahkan
lebih dalam dari dalamnya hatiku mencintai seseorang (eh.. kok jadi curhat,
maaf. Agak emosional). Dan sampai kapan kah perilaku manusia ini akan berakhir?
Karena aku sangat iba dan prihatin kepada mereka, yang hidup nya hanya
dihabiskan oleh fantasi – fantasi penuh tipu daya dan masih dalam nuansa
kebiasan yang benar - benar bias. Semoga
cepatlah sadar, karena tujuan hidup ini bukan hanya untuk memimpikan tentang
barang – barang yang berada di dalam etalase toko sana, melainkan menghidupkan nilai
kebergunaan yang kekinian kian meluntur. Mari, Segera !!!
Jumat, 14 Maret 2014
Air segayung, mungkin.
Bangun tidur langsung sesak napas, bukan karena wajahku ini diduduki oleh pantat genderuwo (kalo dalam bahasa sunda : ereup - ereup) dan bukan juga lubang hidungku dijadikan sarang lebah, oleh para lebah-lebah. Tapi, karena ingus yang menjejal di lorong hidungku yang lumayan kecil, dan aku yakin plankton pun bisa masuk. Dan ingus itu bukan ditelingaku. Aku kasih tahu (tapi mungkin sebagian orang sudah tahu) ingus itu rasa nya asin, kenapa tahu? Karena ketika ingus itu mulai menuruni dari lubang hidungku, tak sengaja atau sengaja dari ingus itu, menuju parit hidung dan berlanjut ke bibir dan entah reflek apa yang membuatku aneh. Indera perasa ini seolah tersentuh oleh ingus. Dan... waaaa rasanya asin.. beneran gak ngenakin. siapa orang yang mampu menahan dalam keadaan tidak nyaman? Semua manusia pun pasti gerah, untuk melawan rasa ketidak nyamanan. Segera aku pergi ke wc dan beranjak dari kamar ku, yang banyak coretan nya dan juga banyak kertas tugas - tugas dosen yang mungkin sudah tak terpakai lagi. Ke wc, untuk buang ingus karena benar - benar sudah memadati bagai bongkahan es, tapi sayang nya gak dingin, dan sangat tidak enak kalo harus dicampur dengan nutrisari, jeruk ko minum jeruk.
*suasana di wc
Sring !!! Sring !!! Sring !!! yang menjadi irama di pagi hari ku yang kelam oleh ingus dan menjadi backsound selama ku di wc. Suara "pluk" yang menjadi irama disaat ingus itu jatuh ke lubang wc, yang kebetulan ada genangan air di lubang wc tersebut, walau sedikit. Memang rasa tak enak ketika sudah ku buang pun, ada saja. Tak enak yang berupa ingus yang meluber kemana - mana. Maka aku ambil air segayung, yang semoga cukup untuk membersihkan bekas lumeran ingus ini, yang mendiami parit hidung dan sekitarnya (kaya adzan aja). Yang membuat rambut - rambut kumis ini saling ter-integrasi. Ternyata air segayung ini, nampak nya belum cukup untuk membersihkan lumeran ingus.. Berarti, aku harus ambil air dua gayung yang berisi air, yang mudah - mudahan bisa membersihkan lumeran ingus ku ini. Alhasil, sekarang benar - benar bersih, namun masih ada sisa basah. Lalu, aku usap dengan tisu, agar tak basah lagi, kering.
Rabu, 12 Maret 2014
Kampret atas nama cinta
Disaat ocehan atau susunan kalimat yang amat takjub yang berwujud kata – kata mutiara yang banyak terpangpang di media massa dan media elektronik, tak dapat lagi mempengaruhi pikiran teracuni meracau ini. Dan disaat hiperbola pun, tak mampu berbuat banyak untuk mengubahku dari pikiran yang datar menuju pikiran yang begitu banyak kiasan-kiasan manis, bahkan takjub yang membumbung tinggi sehingga mega terbelah dibuatnya. Bahkan sarkasme pun tak dapat mewakili semua nya. Namun apa daya telah kulakukan, bahwa hanya dengan menggunakan kata kampret yang dapat mengungkapkan perasaan terdalam ku, kampret. Ya,kampret adalah wakil dari pikiran dan perasaan tak karuan ku saat ini. Karena ironi sudah tak mampu untuk banyak bacot. Kampret itu, situasi dimana kalian nge gebet seseorang (yaa… walaupun belum pernah chattingan, bahkan sms an atau bahkan Friendster nya belum jadi teman). Tapi, baru tau bahwa dia udah punya pacar, disaat momen PDKT itu udah pas. Beneran kampret banget kawan! Mungkin (kalo kata dosen aku gak boleh pake mungkin lohh.. hehe), analogi nya seperti ini. Kalian lagi menikmati indahnya jalanan penuh kesejukan dan penuh daun berguguran/beraborsi, tiba-tiba pingin boker.. Ya, mau gak mau dan gak mau tahu harus ke wc, karena merupakan tempat yang paling penuh toleransi. Tapi, sayang nya, ketika mata kalian sudah bertatapan mesra dengan pintu wc bagai di film ftv tepatnya pada siklus setengah jam sebelum berakhir film nya (biasanya jam segitu tuh waktunya jadian antara cewe dan cowo nya), dan kalian coba membuka pintu nya, malah gak bisa. Karena, di dalamnya ada orang lagi boker ahahaha aduh kasian bangett harus nahan rasa sakit yang benar-benar maha dahsyat (bukan la la la ye ye). Dan sakitnya ini bukan main-main, berarti serius. Apa daya semua nya terasa pahit. Makan besi jadi pahit, makan obat buat diare otak pun tetap pahit. Yang lebih pahit itu ketika nonton ftv, semua nya menjadi biasa saja, adegan nya pun terasa basi dan datar, ingin sekali ku lempar tv yang kebetulan nayangin ftv itu, pake celana dalam si jinggo (jinggo adalah nama anjing tetangga ku, yang sudah senior bahkan pangkat nya, sudah Jendral bintang sobo-merk minuman kali yang gopean). Kepahitan ini semakin pahit ketika tugas-tugas dosen numpuk, ya makalah, ya power point lah, ya apalah. Hahaha. Yaudah harus ngapain sekarang kalo sudah sepahit ini? Yang jelas, jangan minum baygon kaya orang-orang di luar sana. Apalagi kalo sebelum minum baygon nya update status dulu.. Basi !!! :-P
Senin, 10 Maret 2014
Kiri atau Kanan ? (gak politik)
Sebenarnya apa yang membedakan antara kedua posisi
ini, kiri dan kanan. Kebenaran? Atau hanya
kebenaran rekayasa? Telah nampak ada perbedaan dari sebuah posisi yang jelas
tak-mengenakan dan sebenarnya gak penting, namun sayang, jadinya penting. Kiri dianggap
buruk atau juga sering diidentikan dengan ketidak sopanan. Ketika seseorang
memberikan sesuatu kepada orang lain. Memang, aku gak tahu yang se-detail
mungkin kenapa kiri itu merupakan posisi yang tidak enak. Dan si kanan
merupakan posisi yang selalu benar. Benarkah? Hahaha. Contohnya, mungkin kita
akan merasa aneh dan janggal ketika melihat seseorang memberikan sesuatu dengan
tangan kiri, betul? Memang salah kiri apa? Dan apakah kebenaran selalu milik
kanan? Cerita ini, bukanlah solusi untuk memecahakan permasalahan kuliah atau
malah masalah kehidupan. Tapi cerita ini hanyalah cerita. Oke lanjut… Kiri tak
selalu buruk, bahkan kiri sangat lah baik dibanding dengan kanan. Karena kanan
belum tentu ingin melakukan nya. Contohnya, ketika cebok rata-rata orang pake
tangan kiri kan? Karena mungkin kanan sudah mulai tak niat untuk berbuat baik. Tapi
justru, akan jauh lebih jorok lagi ketika tidak dicebok kan? Iihh pokok nya gak
ngenakin deh kalo gak dicebok tuh, meleber kemana-mana. Sudah jelas kiri mau bebuat baik kan? Messi
aja yang kidal jadi pemain terbaik dunia beberapa kali. Jadi kiri benar-benar
baik kan? Hayo bingung hayo… Oke, berlanjut ke kanan. Ada apa dengan kanan? Hahaha
bukan soal makan. Mungkin argumen ku ini gak se-ilmiah, se-ribet dan
se-sitematika makalah, skripsi, apalagi tesis hahaha terlalu sekali pikiranku. Mungkin
kanan sering digambarkan sebagai posisi yang paling tepat untuk melakukan
kebaikan. Apa yakin selalu baik? Terus kalau tangan kanan itu dipake pas
nyopet, masih kah pantas di posisi yang baik? Terus kalau si tukang copet itu
pas melarikan diri dan ditonjok oleh bapa-bapa yang kidal gimana? Kiri melakukan
kebaikan kan? Hayo bingung kan? Sama...aku juga. Nah jadi apa masih pantas kalo
kiri itu buruk dan kanan itu selalu baik? Jadi, Pikirkanlah!!! Mumpung masih
bisa berpikir!!!
Rabu, 19 Februari 2014
Implementasi rupa abnormal
Di saat semua nya mulai terlampau jauh dalam pikiranku saat
ini, yang namun tetap terjaga oleh ruang dan waktu. Dan sebenarnya aku tak
berharap apapun menjadi sosok yang diteriakan oleh mereka di luar sana untuk
seperti yang diinginkan. Pikiran yang tak mungkin kosong oleh permasalahan yang
ada, hanya saja aku disini sebagai sinonim dari titik fokus duniawi ini, aku
mulai bingung dengan sebuah “implementasi” yang hadir di hadapan pikiran
abnormal ku. Ketika orang-orang haus akan sebuah jawaban yang sebelumnya telah
disesaki banyak pertanyaan, memburu sebuah kata “implementasi” yang seolah
sebuah kata pembunuh dalam segala ungkapan yang berada dalam pembicaraan di
ruang kotak berisi foto burung garuda, pancasila, presiden dan wakil preseiden
sekaligus. Tak paham saat melakukan apapun selalu tentang “implementasi” yang
sebenarnya kata “implementasi” bukanlah sebuah “implementasi” yang benar-benar
nyata. Kemudian, seharusnya bukan untuk dikatakan, namun diwujudkan menjadi
wujud “implementasi”. Sebuah hantu gentayangan yang bernama “implementasi” tak
mengenal pagi, siang, sore, dan malam. Yang dasar tak berwujud ini. Berupa gagasan
yang menutup rapat pikiran ketenangan atas kebebasan dari si “implementasi”. Dan
“implementasi” yang menjejal di kepala ini, seolah membuatku untuk terus
terpacu dalam kegelisahan yang mendalam. Dan ketika anjing pun, yang tak mampu
membuatku tertegun. Bersama “implementasi” ini, aku di cuci otak yang tak
dipungut biaya untuk sebuah teologi sesatkan jiwa, bergerak menuju portal
dengan tagihan sebuah bualan. Portal yang merupakan batas antara ketenangan dan
kebimbangan. Afeksi Bapa dan Mamah pun segera memudar. Dimana angin topan “implementasi”
akan menghajarmu yang seolah kebingunan atas semua tagihan “implementasi”. Yang
sebenarnya, lebih baik membaca buku kartun biologi genetika milikku. Gonggongan
kucing yang semakin mengahantarkanku pada persimpangan jalanan yang ditemani
temaram nya lampu jalanan, yang jika kalian berdiri di bawahnya akan
menimbulkan bayangan. Kekinian, “implementasi” bukan hanya tentang cuapp cuapp
belaka, melainkan sebuah “implementasi” yang dilakukan berupa wujud nyata. Yang
sebenarnya bisa saja, tak mempengaruhi pikiran yang terlanjur abnormal penuh
bacaan.
Senin, 13 Januari 2014
Kucing Berubah
Kenapa harus kucing? / Karena tidak anjing/ oh iya.
Oh pemukimanku, oh komplek yang kumiliki bersama teman-temanku serta keluarga nya. Lagi-lagi kucing, kucing lagi-lagi, lagi kucing lagi. Selalu saja ada entri kucing yang baru, yang mungkin dibuang oleh pemiliknya yang dari komplek lain. Sialan tuh orang, gak punya jiwa perikebinatangan banget sih. Komplekku bagai kerajaan kucing, di jalan-jalan komplek banyak kucing, di teras rumahku banyak kucing, dan sampai-sampai ada kucing di dalam anjing, haha entahlah mulai aneh. Sumpah nya bukan sumpah pocong, ini sangat menyebalkan, yang menjadi polemik kucing nya itu, gak punya baju (porno banget sih !), yaiyalah karena bukan kucing kontes yang suka dipakein baju. Dan kucing nya pun gak punya sopan santun. Contoh nya aja kalo jendela rumahku terbuka yang sengaja kubuka agar menghirup indahnya udara, kucing itu pasti langsung masuk ke jendela yang menuju rumahku itu, untuk mencuri makanan di rumahku. Gak pake permisi, gak pake assalamualaikum segala lagi, dasar kucing. Yang jelas pas kucing itu udah staycool dimulut jendela, disitulah aku mulai murka, kemudian kuhujamkan dengan 1 batang lidi bersama teman-temannya yang banyak, lalu kucing itu kabur, mungkin jadi takut binasa. Gak tau kemana kucing itu, paling juga nongkrong di warung bu yanto sambil main catur dan kopi hangat nya yang sudah dipesan. Dan paling juga sambil ngomongin kiat-kiat sukses (bukan sukses UN) mencuri makanan untuk esok harinya. Ketika kucing itu berlarian di depan rumahku sambil mengeong-ngeong, entah kenapa aku selalu resah dan sering ada hal yang ganjil, tapi genap juga deh kasian nanti dia nangis kalo gak disebutin. Ya karena aku takut kucing itu bilang ke bu yanto, bahwa kopi hangat yang tadi dipesan kemudian diminum itu dibayar olehku. Aduhh gimana? Aku gak punya uang banyak, karena uang ku sudah dicuri secara tak sadar, oleh keganasan zaman. Tapi aku berdo'a agar tak dibayar olehku. Suasana yang sunyi di malam hari ini pun, hanya sesekali ditemani oleh gemuruh suara pesawat yang gak tau mau kemana pesawat nya. Gatau pesawat itu pesawat amerika, gatau pesawat korea utara, tapi gatau lah. Aku sih cuma berdo'a semoga pesawat itu selamat sentosa agar tidak hilang saat melewati segitiga bermuda. Entah kenapa malam ini aku susah untuk bertemu rasa kantuk, mungkin rasa kantuk nya udah tidur duluan, jadi gak bisa ketemu, teganya kantuk. Aku mengingat-ngingat tak terasa kalo aku baik, ya berdoa. Banyaklah berdo'a karena masih gratis, kenapa gratis? Karena tidak bayar, iya. Sedang santai menulis cerita sambil dibantu kucuran imajinasi, aku pingin ke wc nih, yang jelas aku ke wc bukan untuk tidur, tapi buang air yang mungkin sih kecil.
*Di dalam wc, gak perlu aku ceritain kan? Bagaimana tata cara buang air yang mungkin kecil yang benar menurut UUD'45? Emang ada? Gak ada kan, yaudah.
Nikmat, saat tak ada lagi yang mengganjal dan menjajal konsentrasi dan imajinasi. Udah dari wc aku liat sebuah roti yang sedang nganggur gak ada kerjaan, yaiyalah lapangan kerjaan zaman sekarang kan semakin selulit, eh salah sulit maksudnya. Ada roti dan ada juga susu bubuk yang harus aku seduh dulu, agar bisa diminum. Roti dan susu siap, aku bawa keatas, ya kamarku di lantai dua, kenapa aku sebut keatas? karena dia berada diatas lantai satu. Menuju kemarku otomatis aku harus menaiki tangga yang kebetulan rumahku punya tangga, karena kalo harus pake lift, mahal. Ya aku pegang susu itu di ujung atas nya karena masih panas dan kubawa roti yang ku alasi piring kecil, bukan alas kaki. Sampai dikamarku, aku melihat tumpukan buku yang harus kupelajari karena mau uas, ternyata banyak, tapi yaudah lah biarin mereka kedinginan dulu aja, besok juga aku baca kalo sempet. Aku yang menulis cerita ini ditemani susu coklat panas dan roti. Sebelumnya menulis cerita ini bisa leluasa, karena ditemani lampu 18 watt yang bersinar, tapi sayang sinarnya masih kalah dengan lampu tukang nasi goreng yang suka ada di pinggir jalan. Tapi, seketika ibuku mematikannya karena agak gerah kalo lampu harus selalu nyala. Tapi aku tetap menulis, walau dengan cahaya dari hp yang hanya beberapa detik dia memberikan cahaya, agar timbul cahaya lagi , aku harus pijit tombol hp nya agar ada cahayanya, dan selalu begitu. Dan akhirnya rasa kantuk bangun dari tidur yang berkepanjangan dan akhirnya ia bertemu bersamaku dan memelukku, dan seketika dia menggoda ku untuk tidur di malam itu. Dan pulass. . . . . .
*Maaf ya, aku gak bahas lagi kucing sialan itu lebih lanjut. Karena mendadak kucing nya udah berubah jadi doraemon si kantong ajaib, katanya.
*Maaf ya, aku gak bahas lagi kucing sialan itu lebih lanjut. Karena mendadak kucing nya udah berubah jadi doraemon si kantong ajaib, katanya.
Kamis, 02 Januari 2014
Bising
Bangun pagi,
dibangunkan oleh alarm hp yang nyaring karena disimpan dipinggir kasur. Kebetulan senin, ya semua orang tahu, kecuali bayi yang masih di dalam perut, apalagi dari sebuah pejalanan sperma yang belum nyampe ke markas ovum..
Senin itu dimana hari yang suka menyebalkan. Karena macet di jalan nya, sudah
tahu. Jadwal kuliah pagi. Yang otomatis bangun harus lebih pagi, mandi harus
lebih pagi, sarapan harus lebih pagi, dan semuanya harus lebih pagi. Kecuali
tidur malam sih. Sudah siap, aku berangkat ke kampus. Ya aku ini aneh sudah
tahu di jalanan itu menyebalkan, tapi anehnya aku tetap saja berangkat. Hahaha
orang pun selalu begitu, yaudah biarin lah. Benar sekali. Tidak di kasur dengan
bisingnya alarm hp, tidak di jalan dengan bisingnya priwit polisi ditambah
knalpot brong biar keliatan cuco, kampus pun tidak mau kalah bisingnya dengan bising nya yang
suara keramik dipotong. Ya sama sih bisingnya. Hahaha kelas yang dihuni aku
bersama teman-temanku pun tidak mau kalah bising dengan pekerja yang lagi
motong keramik. Di kelasku yang milik universitas, bising pula oleh tumpah
ruahnya umat manusia, yaa jelas makain bising dan tak terkendali. Jelas aku
makin bosan dengan kebisingannya. Apa tak ada kesunyian yang ingin mengulurkan
bantuan dan menolongku dari zona kebisingan? Ayolah ! sunyi… sunyi… datang, aku
yakin kedatanganmu akan membuatku nyaman, seperti tubuh yang terebah diatas
kasur mahal. Kesunyian yang membuatku tertolong dari dunia serta binar-binar
kota yang tak jelas apa, kenapa, mengapa. Namun, sampai kapan kebisingan ini
akan berakhir. Entahlah si bising ini sudah meranah dalam semua dimensi. Tapi aneh,
aku tidak melihat kamu bising, hebat ! kamu nggak terpengaruh oleh
teman-temanmu yang gosip sana sini gak jelas. Kamu Nampak diam dan senyum
tipis saja entah apa maksudnya. Kamu gak terlena, kamu yang bersikap sunyi dan
aku yang butuh kesunyian. Yaa dengan kata lain sih, aku butuh kamu. Hahaha :)) . Namun semua
itu tak mudah, dan kuharap kamu tahu pilu ku ini, dan menyelamatkan aku dari
zona kebisingan. Diantara orang yang saling mempertahankan ego nya, yang memicu
kebisingan.
*huaahh udah mulai
ngantuk nih aku, aku terusin deh. Tapi gak tanggung jawab ya kalo isinya makin
ngaco.
Berdiam diri diantara teriakan
tak paham maksudnya. Main laptop saling berbincang tugas yang menjadi pemicu
kebisingan. Iya, kebisingan bisa disebabkan oleh tumpukan tugas, tugas nya pun
yaa entah digimanakan. Orang semua bising, bicara menghamburkan kata-kata dari
sebuah pikiran yang ada di kepalanya, hingga overdosis kata-kata dan sampai
mulutnya overdosis kebanyakan makan cilok. Hahaha, aku mulai iba kepada mereka
yang rela mulutnya dipaksa melawan pegal. Tidak di kelas saja, namun aku mengalami
hal serupa, ya bising. Sialan.. aku yang menjadi bahan sasaran kebisingan
mereka. Dan kenapa harus aku? Semua orang kayanya wajib deh tahu bahwa manusia itu kan gak ada
yang sempurna. Heuheu. Bingung, kenapa harus aku yang jadi sasaran, dasar
menyebalkan tuh orang. Bising menjalar, membius semua. Ya aku akui, aku mungkin
menyebalkan, tapi jangan bising juga dong. Atau mungkin mereka sudah ‘sempurna’
kali ya, jadi mereka boleh bising, prokk….prokk…. tepuk tangan, hebatlah.
Tuhkan, pas aku ngebenerin rambut basah yang tadi kena hujan, mereka bising liat aku. Sudahlah, hempaskan saja tubuhku ini ke lautan luas yang banyak hewan buas. Benar bising itu menyebalkan, sangat tidak mau mentoleransi kesunyianku, pula orang lain. Bising sangat tidak mau, bercumbu dengan kesunyianku. Dasar kebisingan, raja dari segala raja tega. Aku harap suatu saat nanti kesunyian dan kebisingan akan saling mengagumi, menikah, berpelukan di kamar ngapain yaa?, lalu hamil dan melahirkan sebuah ketidakpahaman.
Tuhkan, pas aku ngebenerin rambut basah yang tadi kena hujan, mereka bising liat aku. Sudahlah, hempaskan saja tubuhku ini ke lautan luas yang banyak hewan buas. Benar bising itu menyebalkan, sangat tidak mau mentoleransi kesunyianku, pula orang lain. Bising sangat tidak mau, bercumbu dengan kesunyianku. Dasar kebisingan, raja dari segala raja tega. Aku harap suatu saat nanti kesunyian dan kebisingan akan saling mengagumi, menikah, berpelukan di kamar ngapain yaa?, lalu hamil dan melahirkan sebuah ketidakpahaman.
Langganan:
Postingan (Atom)