Hari sudah pagi dan siap untuk
disambut oleh sang mentari, serta awan yang menari-nari. Ayam tetangga berkokok
sambil memejamkan mata. Kenapa memejamkan mata? Karena ayam sudah hapal
liriknya – itu kata temenku. Tak hanya ayam, kicauan kenari pun ikut ‘bawel’
untuk menyapa mentari, yang detik demi detik mulai meninggi dan tak keliatan
malu-malu lagi untuk menampakkan diri. Tak hanya binatang yang bersuara,
manusia pun turut serta bersuara dengan nada agak teriak,
“Ayo.. ade, cepetan pake sepatunya. Ibu
udah kesiangan..”
“Iya sebentar bu, buku ade
ketinggalan di kamar” dengan nada merengek, agar ibunya tak tega untuk
meninggalkan anaknya pergi ke sekolah.
Tak hanya manusia, tumbuhan pun tak
mau kalah dengan makhluk hidup lainnya yang pagi-pagi sudah bersuara. Tumbuhan ikut
larut dalam paduan suara pagi, yang mungkin lumayan harmoni terdengar. Suara dari
angin lugu yang menerpa daun-daun pohon bambu, bagai suara Hi Hat pada drum.
Semua bersuara, walau aku tak tahu
tangga nada yang tepat untuk semua suara mereka yang terdengar olehku. Karena aku
bukan komposer, tapi hanya sebagai penikmat alunan indah semesta yang kian hari
kian menua. Lagu dangdut dari sebelah rumah, yang membuat awal pagi menjadi energik
dan bergairah. Semuanya seperti improvisasi para musisi handal ketika di panggung musik dan mengekspresikan yang diinginkannya – bebas tanpa batas.
-Salam suara pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar