Hari
libur. Yang aku maknai dari hari libur itu, seseorang harus melakukan kegiatan
yang tentunya berbeda 180 derajat dari rutinitas sehari-hari. Karena kebetulan
rumahku dekat Gunung, ya sudahlah hari libur ini aku isi dengan kegiatan ‘menggunung’.
Karena ‘menggunung’ ini dadakan, jadi aku pergi sendiri saja, toh disana pasti
banyak orang. Entah ke berapa kalinya aku ‘menggunung’ lagi ke Gunung
Manglayang. Benar saja, disana banyak orang yang menuju puncak Manglayang. Aku tak
tahu motivasi mereka, mungkin saja ada yang ingin mencari kegiatan libur yang
berbeda, atau bahkan ada yang ingin menuliskan ‘selamat ulang tahun ya...” dan
menuliskan sisiapa tersebut. Ah sudahlah tak perlu dipermasalahkan. Karena yang
menjadi permasalahan yaitu, sampah yang sekarang pun kian menggunung. Di
perjalanan menuju puncak, banyak sampah permen, puntung roko dan lain-lain.
Mungkin
mereka menganggap,
“ah
biarin lah, gak akan kelihatan ini”
Dan
mungkin, pikirnya sampah bekas permen atau puntung roko, akan terurai dalam
sehari. Andaikan gunung punya mata, pasti dia akan menangis, karena orang hanya
‘numpang selewat’ tanpa rasa cinta. Andaikan gunung punya hidung, pasti dia
akan merasakan bau tak sedap dari bekas makanan anyir yang tidak dibawa turun
kembali. Andaikan gunung punya telinga, pasti dia akan menutupnya, karena tak
tega mendengar perkataan manusia yang sombong,
“masa
trek gini aja cape”
Dan
andaikan gunung punya mulut, pasti dia akan berkata
“Jadi
kau lebih memilih menuliskan nama seseorang, ketimbang menuliskan cerita
tentang keadaan aku sekarang?”
-Keluh
kesah Gunung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar