Translate

Sabtu, 16 November 2013

Pedofilia di Ruang Tertata

Entah apa aku bisa memberikan judul seperti ini. Yang terpenting bukan tentang si orangtua keladi, namun semestinya yang tau diri. Aku bingung si orangtua itu bukan ingat istrinya yang di rumah, yang sejak malam telah memuaskannya dengan hasrat liar, bagai singa yang menerkam mangsa. Apakah si orangtua itu telah lupa rasanya?. Iya, mungkin lupa karena rasa semalam telah terdistorsi oleh ruang dan waktu yang tak bertanggung jawab. Tapi aku pun tak semestinya tau, karena aku bukan risbang yang menjadi saksi tkp. Dasar sudah tua, masih tau aja yang bening bagai mie formalin. Melirik yang muda tentunya, bening pula, dan selalu begitu. Tau aja dasar ! Kesalku tak terelakkan karena ulahmu yang begitu janggal akan sebuah tanya. Semuanya bagai lingkaran setan kemiskinan yang menyiklus selalu terjadi, takan putus dan takan berhenti.
Awas si tua !!
Upaya yang dilakukannya berasa tak seru, ketimbang upayaku. Bagai otoriter di dalam ruang tertata, tak ada satu pun yang menyangkal akan perintahnya. Tunjuk lalu sebut, menjadi lalabannya. Entah tak tau diri, atau tak punya harga diri. Bukan urusanku, karena urusanku hanyalah makalah dan tugas kuliah yang kulihat pun hanyalah berupa ceklis minim. Pedofilia jelas berbahaya dan harus waspada akan gelagatnya mengakronimkan sang penguasa ilmu (katanya). Pertanyaan yang kulontarkan hanya ditanggapi jawaban yang kemana-mana entah kemana dan tak tahu arah. Dunia yang selalu menghantui, bak arwah gentayangan. Tertangkaplah aku, pikiranku, dan diriku. Oleh kepalsuan dunia fana. Iya tampang itu, kini tak berarti lagi. Si pedofilia terus jaya dan memperjuangkan misi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar